Monday 11 July 2011

Bertransaksi di Gerbang Tol

Setiap pengemudi yang pernah menggunakan jasa jalan tol di Indonesia pasti pernah melakukan transaksi pembayaran di jalan tol. Pada saat bertransaksi seperti ini lah kita diharapkan bisa bertransaksi dengan cepat dan efisien agar tidak terjadi antrian yang panjang di gerbang tol terutama pada jam-jam sibuk. Rupanya tuntutan semacam ini membuat petugas loket terburu-buru dan kadang tidak teliti. Berikut pengalaman saya:

Saat bertransaksi seperti ini Anda diharapkan bertransaksi seefisien mungkin


Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 20.00 dan ini berarti saya sudah tidak tidur selama hampir 36 jam karena kegiatan yang lumayan menguras tenaga di Jakarta dan Tangerang. Waktu itu pikiran saya sudah berpusat agar segera mencapai tempat tidur dan istirahat senyamannya, mulai dari gerbang Tol Cikarang Utama tadi kendaraan saya pacu di batas maksimal kecepatan yang legal (antara 80 - 100 km/jam).

Begitu saya lihat papan petunjuk yang mengatakan Pasteur 1 km lagi, hati saya sudah senang dan ingin segera menyelesaikan perjalanan ini. Tapi ketika gerbang tol sudah terlihat, saya teringat kalau saya belum menyiapkan uang untuk bayar tol. Saya jadi panik, karena yang bawa uang teman saya dan dia sedang tertidur dengan pulasnya. Sambil membangunkan teman saya yang gak bangun2 saya segera mengarahkan kendaraan ke gerbang dengan antrian terpanjang untuk membeli waktu. Teman saya akhirnya bangun dan kebingungan juga ketika mendapati uang yang dia simpan hanya 35000 berupa 7 lembar uang 5000an, sedangkan tarif tol 39500. Karena saya sudah sampai di antrian terdepan, daripada diam gak ngapa2in saya langsung berikan uang 35000 tadi sambil menunggu teman saya mencari tambahan 5000 lagi.

Di sini lah terjadi hal yang lucu, rupanya ketika melihat beberapa uang 5000an yang saya berikan dia secara otomatis mengira total yang saya berikan adalah 40000 dan langsung memberi kembalian 500 tanpa mengecek lagi berapa uang yang saya beri. Rupanya tuntutan agar melayani secepat mungkin membuat dia tidak teliti. Langsung saya berkata "Eh Pak, coba dihitung dulu itu uangnya ada berapa..". Setelah menghitung selama beberapa saat dia berkata sambil senyum, "Kurang 4500 dik".

Paling tidak ada 2 pelajaran dari kejadian ini. Buat saya, next time harus benar2 siap uang sebelum bertransaksi. Buat petugas, agar lebih teliti lagi dan tetap efisien dalam bertugas. Akhirnya transaksi di gerbang tol tersebut berakhir setelah 2 menit lebih dan ketika jalan lagi saya lihat di spion antrian di belakang saya sudah memanjang. Saya jadi gak enak sama mereka, maaf ya!! :D

Saturday 9 July 2011

Bahasa Dalam Informasi Produk

Beberapa hari yang lalu sempat rame di dunia maya ketika ada 2 alumni ITB yang ditangkap polisi karena menjual iPAD yang mereka beli dari Singapura, alasannya iPAD tersebut tidak memiliki manual berbahasa Indonesia. Alasan menurut banyak orang terlalu mengada-ada, sebenernya saya juga sudah cukup puas kalau alasannya mereka menjual barang ilegal dari luar negri. Berita ada di sini.

Tapi mau tidak mau memang bahasa dalam petunjuk / manual produk cukup penting agar konsumen benar-benar mengerti segala macam hal tentang produk yang ingin mereka beli. Tadi sore saya sedang memilih-milih mouse yang ingin saya beli, ketika saya lihat ada mouse merk Acer di display tanpa pikir panjang langsung saya ambil untuk saya beli karena merk nya sama dengan laptop saya. Untungnya saya punya kebiasaan untuk membaca informasi produk yang ada di belakang kemasan:

Informasi Produk yang Saya Baca
dan apa yang saya baca membuat saya mengurungkan niat beli produk ini. Ini gara-gara bahasanya, bukan karena tertulis dalam bahasa Inggris, tapi karena bahasa Inggris nya jelek banget. Akhirnya saya ganti beli merk yang lain deh, merk dengan penggunaan bahasa yang menyenangkan untuk info pruduk nya.