Friday 22 April 2011

Antri Gak Mau, Parkir Gak Bisa

Pada suatu pagi, saya pergi ke warung untuk membeli sarapan. Sesampai disana rupanya ada 1 orang yang sedang dilayani. Secara reflek saya langsung berdiri dibelakang dia membuat antrian, dengan tujuan dan harapan, kalau ada pembeli lain datang bisa langsung mengikuti antrian saya.

Selang 1 - 2 menit kemudian datang 2 anak berpeci (sepertinya anak pesantren sebelah) tanpa memperhatikan antrian langsung aja nyelonong ke sebelahnya penjual. Kemudian datang juga ibu-ibu tua membawa rantang juga langsung meletakkan rantangnya minta dilayani.

Dalam hati saya langsung berpikir, WTH!!! Emang susah ya orang sini bikin antrian, maunya didahulukan, sok orang penting. Untungnya penjualnya hafal siapa yang duluan datang, jadi setelah pembeli pertama pulang langsung melayani saya tidak memperdulikan 2 anak dan ibu tadi yang sudah gatel minta dilayani. Dan ini bukan pertama kalinya saya mengalami kejadian ini.

Gara-gara kejadian ini saya jadi ingat satu hal lagi.
Di Asrama saya sekitar 1 tahun lalu pengurus membuat garis-garis putih di garasi motor, sehingga orang-orang yang parkir bisa memarkir motornya secara teratur mengikuti garis-garis tesebut. Selain terlihat enak, pengaturan parkir ini bisa membuat space parkir tersedia untuk banyak motor.

Rupanya akhir-akhir ini, entah memang orang2 sudah terbiasa parkir seenaknya atau memang males, banyak sekali motor yang parkir seenaknya melanggar garis. Jadinya sering sekali membuat tempat parkir terlihat lebih sempit karena motor diparkir tidak sesuai garis.

Saya benar2 heran, ini asrama padahal berisi anak2 ITB yang katanya pintar2 dan ber IQ tinggi. Tapi kenapa parkir simpel seperti ini tidak bisa? Saya jadi kepikiran, mengatur mahasiswa ITB aja susah minta ampun, apalagi mengatur masyarakat luas.

Mau Indonesia maju? Saya jadi skeptis, ntah kapan terjadi.

No comments:

Post a Comment